Rahmadiyanti Rusdi |
Sebagian media massa saat ini memang sungguh keterlaluan. Membuat berita dengan sumber yang dicomot sana sini tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Akhirnya masih ada media yang membuat pemberitaan yang membuat geram orang yang diberitakan tersebut. Semoga saja orang yang diberitakan sebagai penulis porno memiliki kesabaran tingkat tinggi. Sebenarnya yang menjadi permasalahan adalah adanya pengadaan buku tanpa diseleksi terlebih dahulu. Berikut informasi dari Rahmadiyanti dalam akun twiternya @sintingbuku.
1/16. Hingga hari ini masih ramai
berita media ttg penarikan #bukuDAK dari
perpustakaan SD. Ada 4 judul yg dinilai porno, bahkan sadis.
2/16. Empat buku tsb adalah: Ada
Duka di Wibeng (Jazimah Al-Muhyi), Tidak Hilang Sebuah Nama (Galang
Lufityanto)…. #bukuDAK
3/16. Tambelo: Kembalinya Si Burung
Camar & Tambelo: Meniti Hari di Ottawa (Redhite K.). Dua buku pertama saya
sangat kenal dgn penulisnya.
4/16. Jazimah & Galang adalah
penulis yg memiliki integritas. Karya-karya mereka kental dgn nilai dakwah
& syiar kebaikan. #bukuDAK
5/16. Kedua penulis (Jazimah &
Galang) juga penulis yang anti buku porno. Jadi sungguh sedih sekali dgn
pemberitaan media. #bukuDAK
6/16. Media dgn gegabah kutip
sana-sini, tanpa tahu isi sebenarnya buku. Media teledor melabeli “cabul,
porno, sadis”. #bukuDAK
7/16. Pdhl ke2 buku tsb sama sekali
tdk mengandung pornografi. Memang, ke2 buku tsb tdk cocok utk anak SD, lebih
tepat utk remaja. #bukuDAK
8/16. Sebab logika ceritanya
membutuhkan penalaran tingkat remaja. Namun tdk serta merta lantas dituduh buku
porno. #bukuDAK
9/16. Ada beberapa dialog istilah yg
dikesankan porno (spt KB kalender, penyakti kelamin, dsb) padahal itu dlm
konteks cerita. #bukuDAK
10/16. Penulis malah memberikan
pesan utk menghindari seks bebas, pornografi, serta mengajak remaja kpd
kebaikan & kebenaran. #bukuDAK
11/16. Jadi yg terjadi sebenarnya
adalah: karut marutnya mekanisme & distribusi #bukuDAK. Buku
kategori remaja masuk ke perpustakaan SD.
12/16. Ini jg memperlihatkan kurang
pahamnya pelaku proyek #bukuDAK thd isi
buku. Sudah rahasia umum marketing buku byk yg tak melek buku.
13/16. Menyedihkan sekali karena
mekanisme proyek #bukuDAK
yg kacau, penulis yg terkena tuduhan bahkan fitnah.
14/16. Media jg ikut memprkeruh dgn
tak kroscek berita. Di satu sisi mulai byk buku yg ditulis penulis lokal dgn
content yg vulgar. #bukuDAK
15/16. Beberapa buku yg jelas2
mengumbar pornografi, adegan vulgar-yg bahkan tak dilabeli “dewasa”-disanjung2
& dibaca byk remaja. #bukuDAK