Saturday, March 5, 2016

Kemuliaan Lubna Pejuang Buku dari Cordoba


Islam sempat mengalami kejayaan di Andalusia, Spanyol. Saat itu peradaban Islam banyak menelurkan tokoh-tokoh Muslim, baik tokoh laki-laki maupun perempuan. Salah satu tokoh perempuan yang lahir dari peradaban tersebut adalah Lubna, pejuang dari Cordoba yang dimuliakan karena buku dan bakat-bakatnya.

Lubna adalah putri asli Spanyol pada abad 10 yang tumbuh di lingkungan istana khalifah Abdurrahman III (931-961) dari Bani Umayah. Lubna dikenal sebagai sosok Muslimah yang banyak mempunyai peran dan bakat. Namun, bakat-bakat tersebut belum tentu jelas kebenarannya lantaran sedikitnya literatur yang ditemukan.


ummu craft
Iklan Mukena Cantik "Ummu Craft"
Namun, berdasarkan dari beberapa sumber, dikatakan bahwa Lubna merupakan seorang penyair, penerjemah, juru tulis, sekretaris pribadi, dan ahli matematika. Bahkan, Lubna juga disebut sebagai perempuan yang penuh dedikasi terhadap buku perpustakaan pada masanya.

Situs almiraah menyebut, seorang penulis bernama Kamila Shamsie berpendapat bahwa ada alasan untuk tidak percaya tentang sosok Lubna yang disebutkan tersebut karena bisa jadi Lubna merupakan sosok perwujudan dari dua atau mungkin tiga wanita di Istana Cordoba saat itu.

Namun, sebelum kita terlarut dengan berbagai spekulasi tersebut, mari kita simak sosok Lubna yang selama ini dikenal umum melalui beberapa sumber. Sebuah sumber menyebutkan, Lubna awalnya lahir sebagai seorang budak perempuan Spanyol. Namun, khalifah Abdurrahman membebaskannya karena melihat bakatnya yang istimewa.

Umroh Hemat Mulai dari 21-JT-an
 
Setelah merdeka, karier Lubna pun melejit dengan cepat. Di usia yang masih muda, dia telah berhasil menjadi salah satu tokoh paling penting di istana Andalusia. Awalnya, Lubna hanya menempati jabatan sekretaris dan juru tulis, tapi kemudian berhasil diangkat menjadi sekretaris pribadi oleh anak dari khalifah Abdurrahman, yaitu Hakam II bin Abdurrahman (961-976).

Selanjutnya, yang paling penting ia dipercayakan untuk memimpin perpustakaan di Istana Kordoba. Perpustakaan Kordoba saat itu dianggap sebagai salah satu perpustakaan paling penting sehingga merupakan prestasi tersendiri jika ada seorang wanita yang berhasil mendapat kepercayaan di perpustakaan itu.

Setelah Abdurrahman wafat, Hakam II tetap mempertahankan jabatan Lubna sebagai pemimpin perpustakaan. Gairah al-Hakam II terhadap ilmu dan budaya bahkan melebihi ayahnya. Tak heran jika Lubna semakin leluasa mengembangkan bakat keilmuannya sehingga dapat memajukan rakyat Kordoba.

Jual Susu Kambing Etawa
Klik GOMARS
Beberapa sumber mengatakan, dalam menjalankan tugasnya sebagai pustakawan, Lubna bertanggung jawab untuk memperoleh buku perpustakaan sehingga dia pun pernah melakukan perjalanan ke Kairo, Damaskus, dan Baghdad.

Dalam berjuang sebagai pustakawan kekhalifahan, Lubna berhasil mendapatkan koleksi buku hingga lebih dari 500 ribu buah. Selama berabad-abad, perpustakaan yang dipimpin Lubna ini adalah yang terbesar di Eropa dan hanya bisa dikalahkan oleh perpustakaan di Baghdad.

Perjuangan Lubna tersebut mungkin berlandaskan sebuah ungkapan "buku adalah jendela dunia" sehingga Lubna mengabdikan dirinya untuk buku. Karena itu, Muslimah ini patut menjadi contoh untuk para Muslimah di Indonesia sehingga dapat melahirkan generasi-generasi yang cerdas.

Selain kesuksesannya menjadi seorang pustakawan, perannya sebagai juru tulis juga sangat penting untuk dicontoh. Juru tulis saat itu melampaui tugas standar seorang penulis dan penerjemah karena dia bertanggung jawab untuk menyalin banyak teks termasuk Euclid dan Archimedes. Apalagi, ia harus memahami sendiri akan teks yang sudah ada tersebut.

Berdasarkan sumber yang menyebut Lubna sebagai matematikawan besar, Lubna sering berjalan di sepanjang jalan-jalan Cordoba untuk mengajar persamaan matematika kepada anak-anak. Anak-anak tersebut akan mengikutinya hingga dinding pembatas istana Cordoba sambil membaca tabel perkalian yang diajarkan Lubna.

Seorang sejarawan dan penulis sejarah Andalusia, Ibnu Bashkuwal, mengatakan, bahkan Lubna merupakan wanita yang ahli di bidang tulis-menulis, gramatika, dan puisi. Selain itu, keahlian di bidang matematika dan sainsnya juga luar biasa. "Saat itu tak ada seorang pun yang lebih mulia dibanding dirinya," kata Ibnu Bashkuwal. [Ibn Bashkuwal, kitab al-Silla (Cairo, 2008), Vol. 2: 324].

Bersama Hasdai bin Shaprut, Lubna juga menjadi inisiator pembangunan perpustakaan yang sangat terkenal saat itu, Madinah az-Zahra (berarti 'kota kembang'). Berdasarkan sejumlah riwayat dari sejarawan Arab, pada masa al-Hakam II tersebut ada lebih dari 170 perempuan terdidik yang bertanggung jawab untuk menyalin naskah-naskah penting.

Sosok Lubna mungkin menjadi salah satu sosok perempuan yang terlupakan dalam peradaban Islam. Namun, berdasarkan sumber yang mengungkap sosok Lubna, kini dia dapat menginspirasi perempuan Muslim yang hidup di zaman ini.

Tidak ada keterangan terkait nama lengkap Lubna. Ia hanya lebih umum dikenal dengan 'Lubna dari Cordoba'. Meskipun, kadang-kadang ia disebut juga Labna atau Labhana.

Lubna wafat pada tahun 984 dan belum diketahui apa penyebab kematiannya. Tetapi, yang jelas dia sebagai pejuang buku telah banyak berkontribusi terhadap peradaban Islam di Andalusia sehingga menjadi Spanyol seperti saat ini.

Dalam berjuang sebagai pustakawan kekhalifahan, Lubna berhasil mendapatkan koleksi buku hingga lebih dari 500 ribu buah. Selama berabad-abad, perpustakaan yang dipimpin Lubna ini adalah yang terbesar di Eropa dan hanya bisa dikalahkan oleh perpustakaan di Baghdad.

Perjuangan Lubna tersebut mungkin berlandaskan sebuah ungkapan "buku adalah jendela dunia" sehingga Lubna mengabdikan dirinya untuk buku. Karena itu, Muslimah ini patut menjadi contoh untuk para Muslimah di Indonesia sehingga dapat melahirkan generasi-generasi yang cerdas.

Selain kesuksesannya menjadi seorang pustakawan, perannya sebagai juru tulis juga sangat penting untuk dicontoh. Juru tulis saat itu melampaui tugas standar seorang penulis dan penerjemah karena dia ber tanggung jawab untuk menyalin banyak teks termasuk Euclid dan Archimedes.  Apalagi, ia harus memahami sendiri akan teks yang sudah ada tersebut.

Berdasarkan sumber yang menyebut Lubna sebagai matematikawan besar, Lubna sering berjalan di sepanjang jalan- jalan Cordoba untuk mengajar persamaan matematika kepada anak-anak. Anak-anak tersebut akan mengikutinya hingga dinding pembatas istana Cordoba sambil membaca tabel perkalian yang diajarkan Lubna.

Seorang sejarawan dan penulis sejarah Andalusia, Ibnu Bashkuwal, mengatakan, bahkan Lubna merupakan wanita yang ahli di bidang tulis-menulis, gramatika, dan puisi. Selain itu, keahlian di bidang matematika dan sainsnya juga luar biasa. "Saat itu tak ada seorang pun yang lebih mulia dibanding dirinya," kata Ibnu Bashkuwal. [Ibn Bashkuwal, kitab al-Silla (Cairo, 2008), Vol. 2: 324].

Bersama Hasdai bin Shaprut, Lubna juga menjadi inisiator pembangunan perpustakaan yang sangat terkenal saat itu, Madinah az-Zahra (berarti `kota kembang). Berdasarkan sejumlah riwayat dari sejarawan Arab, pada masa al-Hakam II ter- sebut ada lebih dari 170 perempuan terdidik yang bertanggung jawab untuk menyalin naskah-naskah penting.

Sosok Lubna mungkin menjadi salah satu sosok perempuan yang terlupakan dalam peradaban Islam. Namun, berdasarkan sumber yang mengungkap sosok Lubna, kini dia dapat menginspirasi perempuan Muslim yang hidup di zaman ini.

Tidak ada keterangan terkait nama lengkap Lubna. Ia hanya lebih umum dikenal dengan `Lubna dari Cordoba'. Meskipun, kadang-kadang ia disebut juga Labna atau Labhana.
Lubna wafat pada tahun 984 dan belum diketahui apa penyebab kematiannya. Tetapi, yang jelas dia sebagai pejuang buku telah banyak berkontribusi terhadap per- adab an Islam di Andalusia sehingga menjadi Spanyol seperti saat ini.

Sumber: Republika