Monday, October 1, 2012

Tulisan Buku Menghilang dalam Dua Bulan

TEMPO.CO, Buenos Aires - Banyak di antara kita yang suka membeli buku, tapi jarang membacanya. Bahkan, seringkali buku-buku yang sudah dibeli kita letakkan begitu saja di rak buku sehingga hanya menjadi koleksi dan pajangan di rumah.

Kalaupun sempat membacanya, jarang sekali yang bisa benar-benar menuntaskan hingga halaman terakhir buku. Kita sering beralasan, sewaktu-waktu, kalau senggang, kita akan membaca buku itu lagi.

Sepintas, tidak ada masalah dengan kebiasaan itu. Namun ternyata itu bisa merugikan penulis dan penerbit. Terutama untuk penulis baru, kebiasaan itu akan membuat gagasannya tidak bisa dengan cepat diketahui publik.

Demikian pula dengan penerbit. Mereka merasa dirugikan. Pasalnya, konsumen akan menunda membeli buku baru. Alasannya karena mereka belum menyelesaikan seri buku yang sudah terbit sebelumnya.

Untuk mengatasi hal itu, penerbit independen asal Argentina, Eterna Cadencia, punya solusi jitu. Penerbit ini menerbitkan buku dengan tinta yang bisa menghilang dalam waktu dua bulan. Karena itu, begitu dibeli, buku ini harus segera dibaca hingga selesai.

Baru-baru ini, Eterna Cadencia telah mempublikasikan sebuah antologi penulis Latin. Buku yang disebut sebagai The Book That Can’t Wait itu  menggunakan tinta khusus yang memungkinkan cetakannya menghilang dalam dua bulan.

Dengan menggunakan tinta khusus, setelah terjadi kontak dengan matahari dan udara, tulisan yang tertera dalam lembaran-lembaran buku akan menghilang dalam waktu dua bulan setelah dibuka. Setelahnya, yang ada hanya lembaran-lembaran kosong polos.

Langkah ini dipilih Eterna agar para pembeli buku langsung terdorong untuk segera melahap isi bukunya begitu plastik segelnya dibuka. Ini sekaligus menguntungkan penulis karena ide mereka dengan cepat diketahui.

Bagi penerbit, ini akan memaksa pembeli untuk membeli buku seri lanjutannya. "Jika tidak membaca buku pertama, mereka tidak akan pernah sampai pada buku kedua," kata Eterna Cadencia dalam keterangannya.

Beginilah jika penyebaran ilmu dijadikan ladang bisnis. Satu sisi, pembuatan buku dengan tinta yang mudah menghilang memang baik tetapi dalam sisi lain tentunya ada kekurangannya juga. Masyarakat yang tak mampu membeli buku tidak akan mengetahui isi buku-buku terbaru. Seakan-akan buku hanya diperuntukkan untuk mereka yang mampu membeli saja.

Sumber: tempo.co